Olahraga
berenang secara teratur tak cuma bermanfaat untuk ketahanan fisik anak,
tetapi juga kecerdasan otaknya. Anak yang rutin berenang, selain
memperoleh otot yang kuat dan postur tubuh yang tegak, juga akan
mendapat manfaat lain, seperti berikut:
- Fungsi kognitif lebih baik Peningkatan aliran darah bisa membantu
meningkatkan memori, mood, dan konsentrasi. Saat berenang, aliran darah
ke bagian otak ternyata lebih tinggi dibanding dengan saat si kecil
berolahraga di darat. “Setiap gerakan berulang, seperti lari atau
menari, akan meningkatkan aliran darah ke otak. Tetapi manfaat itu bisa
lebih ditingkatkan saat berenang,” kata Bob Prichard, pelatih yang
banyak menangani para atlet renang AS untuk Olimpiade.
- Memperbaiki mood. Melakukan olahraga, termasuk berenang, dapat
melepaskan endorfin, hormon yang sangat baik untuk mengurangi stres,
kecemasan, atau mood yang buruk. “Renang sebenarnya bisa mengurangi
gejala depresi, salah satunya karena aktivitas ini merangsang produksi
hormon yang memperbaiki mood,” kata Dr. David Coppel, pakar
neuropsikologi dan peneliti. Berenang juga efektif mengurangi panik dan
rasa sedih karena teknik renang yang dipakai, misalnya menendang,
menarik napas, dan pengulangan. Gerakan-gerakan itu bersifat meditatif
sehingga dapat mengurangi ketegangan.
- Memperbaiki sel otak. Kerusakan otak akibat stres, atau sel-sel otak
yang rusak, bisa digantikan dengan berenang. Saat anak melakukan
olahraga yang membutuhkan oksigen dalam jumlah besar, seperti berenang,
hippocampus di otak akan membesar dan menyebabkan aliran oksigen lebih
besar.
- Meningkatkan kemampuan belajar. Gerakan-gerakan ketika berenang dapat
membantu perkembangan serat saraf di corpus callosum, bagian otak yang
berperan dalam komunikasi antara otak kanan dan kiri. Berenang akan
mengaktifkan seluruh bagian otak secara simultan, sehingga kemampuan
belajar pun ikut meningkat.
Untuk membimbing anak menjadi kreatif, ternyata tidak harus berbiaya mahal. Membuat mainan pesawat dari boto bekas, cukup untuk mengimajinasikan anak terhadap bentuk benda yang sesungguhnya. Tinggal bagimana guru atau pembimbing mengarahkan missinya. Benda hanya media untuk menginisiasi dan menumbuhkembangkan imajinasi, serta dapat untuk menyampaikan pesan positif.
Hasil krasi pesawat dari botol bekas (foto;Indrat)
keberhasilan bukan kesempurnaan. Anak anak ini merasa berhasil menyelesaikan tugasnya dengan riang tanpa beban. Karena dilakukan dengan bermain yang menyenangkan.
Ilustrasi (inet)dakwatuna.com – “Anak saya ini nakal sekali”, kata seorang ibu. “Kamu itu memang anak nakal”, kata seorang bapak.
Kalimat
itu sering kita dengarkan dalam kehidupan sehari-hari. Sangat sering
kita mendengar orang tua menyebut anaknya dengan istilah nakal, padahal
kadang maksudnya sekadar mengingatkan anak agar tidak nakal. Namun
apabila anak konsisten mendapatkan sebutan nakal, akan berpengaruh pada
dirinya.
Predikat-predikat buruk memang cenderung memiliki dampak
yang buruk pula. Nakal adalah predikat yang tak diinginkan oleh orang
tua, bahkan oleh si anak sendiri. Namun, seringkali lingkungan telah
memberikan predikat itu kepada si anak: kamu anak nakal, kamu anak
kurang ajar, kamu anak susah diatur, dan sebagainya. Akibatnya, si anak
merasa divonis. Hindari Sebutan Nakal
Jika
tuduhan nakal itu diberikan berulang-ulang oleh banyak orang, akan
menjadikan anak yakin bahwa ia memang nakal. Bagaimanapun nakalnya si
anak, pada mulanya tuduhan itu tidak menyenangkan bagi dirinya. Apalagi,
jika sudah sampai menjadi bahan tertawaan, cemoohan, dan ejekan, akan
sangat menggores relung hatinya yang paling dalam. Hatinya luka. Ia akan
berusaha melawan tuduhan itu, namun justru dengan tindak kenakalannya
yang lebih lanjut.
Hendaknya orang tua menyadari bahwa
mengingatkan kesalahan anak tidak identik dengan memberikan predikat
“nakal” kepadanya. Nakal itu —di telinga siapa pun yang masih waras—
senantiasa berkesan negatif. Siapa tahu, anak menjadi nakal justru
lantaran diberi predikat “nakal” oleh orang tua atau lingkungannya!
Mengingatkan
kesalahan anak hendaknya dengan bijak dan kasih sayang. Bagaimanapun,
mereka masih kecil. Sangat mungkin melakukan kesalahan karena
ketidaktahuan, atau karena sebab-sebab yang lain. Namun, apa pun bentuk
kenakalan anak, biasanya ada penyebab yang bisa dilacak sebagai sebuah
bahan evaluasi diri bagi para pendidik dan orang tua.
Banyak kisah
tentang anak-anak kecil yang cacat atau meninggal di tangan orang
tuanya sendiri. Cara-cara kekerasan yang dipakai untuk menanggulangi
kenakalan anak seringkali tidak tepat. Watak anak sebenarnya lemah dan
bahkan lembut. Mereka tak suka pada kekerasan. Jika disuruh memilih
antara punya bapak yang galak atau yang penyabar lagi penyayang, tentu
mereka akan memilih tipe kedua. Artinya, hendaknya orang tua berpikiran
“tua” dalam mendidik anak-anaknya, agar tidak salah dalam mengambil
langkah.
Sekali lagi, jangan cepat memberi predikat negatif. Hal
itu akan membawa dampak psikologis yang traumatik bagi anak. Belum tentu
anak yang sulit diatur itu nakal, bisa jadi justru itulah tanda-tanda
kecerdasan dan kelebihannya dibandingkan anak lain. Hanya saja, orang
tua biasanya tidak sabar dengan kondisi ini.
Ungkapan bijak Dorothy Law Nolte dalam syair Children Learn What They Live berikut bisa dijadikan sebagai bahan perenungan, Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat Bila anak sering dikasari, ia belajar berkelahi Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai Bila anak mendapatkan haknya, ia belajar bertindak adil Bila anak merasa aman, ia belajar percaya Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta. Cara Pandang Positif
Hendaknya
orang tua selalu memiliki cara pandang positif terhadap anak. Jika anak
sulit diatur, maka ia berpikir bahwa anaknya kelebihan energi potensial
yang belum tersalurkan. Maka orang tua berusaha untuk memberikan
saluran bagi energi potensial anaknya yang melimpah ruah itu, dengan
berbagai kegiatan yang positif. Selama ini anaknya belum mendapatkan
alternatif kegiatan yang memadai untuk menyalurkan berbagai potensinya.
Dengan
cara pandang positif seperti itu, orang tua tidak akan emosional dalam
menghadapi ketidaktertiban anak. Orang tua akan cenderung introspeksi
dalam dirinya, bukan sekadar menyalahkan anak dan memberikan klaim
negatif seperti kata nakal. Orang tua akan lebih lembut dalam
berinteraksi dengan anak-anak, dan berusaha untuk mencari jalan keluar
terbaik. Bukan dengan kemarahan, bukan dengan kata-kata kasar, bukan
dengan pemberian predikat nakal.
“Kamu anak baik dan shalih. Tolong lebih mendengar pesan ibu ya Nak”, ungkapan ini sangat indah dan positif.
“Bapak
bangga punya anak kamu. Banyak potensi kamu miliki. Jangan ulangi lagi
perbuatanmu ini ya Nak”, ungkap seorang bapak ketika ketahuan anaknya
bolos sekolah.
Semoga kita mampu menjadi orang tua yang bijak
dalam membimbing, mendidik dan mengarahkan tumbuh kembang anak-anak
kita. Hentikan sebutan nakal untuk mendidik anak-anak.
Jelang Kartinian: Sukoroyom, April 2015
Serba serbi kegiatan Menjelang Kartinian di RA dan KB Qurrota Ayun Giritontro Wonogiri amatlah beraneka, acara ini diawali dengan lomba mewarnai antar teman sebaya , tartil / hafalan surat- surat pendek dan doa- doa harian, penyuluhan kesehatan dari Puskesmas , Bazar Cooking dan lomba keluwesan dengan memakai pakaian adat. Acara ini dikemas dalam waktu satu minggu dengan mengikutsertakan semua siswa dan walinya/ orang tuanya, untuk menningkatkan keakraban siswanya biasanya dilaksanakan renang setiap 2 minggu sekali yang dilaksanakan di Kolam Renang RA Qurrota A,yun yang terletak di sebelah utara taman bermain......hmmm senangnya
Pembuka awal pelajaran
mulai berdoa saat awal masuk kelas
buat juz nih...
mbak Mitha si kerudung merah sedang terima Piala nih..
Isna dan Zidna sedang belajar memasak.
berpose dengan ibu- ibu pengasuh
pada latihan gosok gigi dipandu ibu dokter he..he..
Ternyata Outbound bukan hanya sekedar bermain saja. Banyak manfaat yang bisa di dapatkan bagi si kecil. Wahana outbound bisa melatih keberanian dan kemandirian anak serta melatih tingkat kecerdasan anak. Selain itu outbound juga melatih psikomotorik anak agar lebih cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam bebas dan mencintai alam. Saat ini sudah mulai banyak diadakan kegiatan outbound bagi anak. Dengan kegiatan ini hubungan orang tua dan anak juga bisa terjalin harmonis. Karena ada outboound yang membolehkan orang tua untuk ikut dan ada juga tidak. Namun keduanya memiliki manfaat untuk si anak itu sendiri nantinya. Outbound untuk anak-anak bertujuan untuk melihat kemampuan dan perkembangan anak baik secara fisik maupun mental. Dengan wahana permainan yang dibuat sedemikian rupa, menjadikan si anak berusaha dan mampu untuk memecahkan suatu permasalahan. Diharapkan setelah mengikuti outbound anak lebih berani,percaya diri dan mampu berkomunikasi dengan baik, terutama dengan orang tua dan teman-temannya. Outbound juga memacu kreatifitas dan kemampuan berfikir anak. Banyak manfaat yang bisa didapatkan anak dari permainan outbound
APA YANG DICARI ?
Ada tipe outbound yang hanya membolehkan anak mengikuti sendiri tanpa orangtuanya untuk nantinya bergabung dengan teman-temannya. Sedangkan jenis yang satu lagi justru ‘mendaulat’ orangtua untuk juga ikut serta dalam kegiatan outbound. Keduanya memiliki tujuan dan manfaat yang sama baiknya. Selain dirasakan sangat perlu oleh orang tua mereka pilihan-pilihan aktivitas positif yang ada juga sangat menyenangkan bagi anak-anak. Peningkatan produktifitas anak merupakan salah satu tujuan positif dari program-program outbond.
“Sangat diharapkan setelah mengikuti outbound anak akan menjadi lebih berani, serta bila orangtua juga ikut serta diharapkan anak akan mendapatkan kembali figur orangtua yang selama ini sempat hilang karena kesibukan bekerja. Ini akan membuat anak lebih komunikatif dan mau terbuka dengan orangtua,” jelas bapak empat orang anak ini.
Menurutnya, dari sebuah kegiatan outbound akan bisa didapat beberapa manfaat seperti :
1. Komunikasi membaik Bila memang outbound tersebut berhasil, anak akan memiliki pola komunikasi yang membaik, entah itu dengan orangtua maupun teman dan lingkungan sekitarnya.
2. Problem solving Kemampuan anak memecahkan masalah akan dilatih dalam outbound. Contohnya saat si anak dan timnya dapat berhasil memecahkan suatu teka-teki untuk mendapatkan poin tambahan, sebelumnya ia pasti telah mengerahkan pikiran untuk menganalisa dan mencari jawabannya.
3. Kreativitas Berbagai macam permainan pun dirancang sedemikian rupa untuk merangsang kreativitas anak.
4. Keberanian Anak yang semula memiliki rasa takut karena terbiasa dengan orangtua yang over-protective dapat ‘memaksakan’ dirinya untuk jadi lebih berani pada permainan yang menuntut keberanian seperti flying fox ataupun jalan di atas bambu.